Jika Tuhan berkenan untuk memberkati kehidupan ekonomimu, janganlah
engkau
menaikkan standar gaya hidupmu (standard of lifestyle), tapi yang
harus engkau naikkan
adalah standar memberimu (standard of giving)...
Mayoritas orang yang diberkati Tuhan secara ekonomi seringkali secara
otomatis
menaikkan standar gaya hidupnya seketika namun mereka lupa
untuk menaikkan standar
dalam memberi, baik itu memberi persembahan
maupun memberi kepada sesama yang
membutuhkan. Mari kita semua yang
merasa diberkati Tuhan, tingkatkanlah standard of
giving kita, dan
yakinlah jika Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita kekurangan dan
bahkan Ia akan memberkati kita lebih lagi.
Pengalaman hidup saya sendiri
membuktikan bahwa hanya dalam memberi saya menerima.
Artinya ketika saya
memberi dengan tulus dan ikhlas, apakah itu materi, waktu, perhatian, maupun
turut mendoakan, maka saya menerima kebahagiaan yang luar biasa dan tak
terukur dengan uang, karena saya tahu bahwa balasan manusia itu terbatas
dan mungkin mengecewakan.
Tapi ketika Tuhan memberi, maka itu selalu dalam
kelimpahan.
Dunia memang sudah mulai asing
dengan ketulusan dan keikhlasan. Dalam kepintarannya manusia melakukan
berbagai hal untuk senantiasa mendapatkan keuntungan yang lebih. Saya tidak
mengatakan bahwa kita tidak boleh untung. Lha gimana mau hidup kalau tiap hari
tekor ?. Keuntungan yang saya maksudkan adalah keuntungan yang membawa
dampak baik bagi banyak orang, dan bukan semata mata berfokus pada diri
sendiri.
Mengapa kita harus iri dan takut
melihat orang lain sukses atau diuntungkan ?. Rasa iri dan cemburu atas
kesuksesan orang lain hanya akan menutupi jalan hidup kita sendiri, karena
fokus kita ada pada kelebihan orang kain, bukannya bersyukur atas apa yang
Tuhan sudah berikan bagi kita. Energi dan konsentrasi kita terbuang percuma
pada kehebatan orang lain, dan kita malah lupa melangkah maju.
Dengan memberi kita menyatakan
secara tidak langsung rasa terima kasih kepada Tuhan karena kita masih diberikan
kesempatan berbuat baik. Hanya orang hidup yang bisa memberi bukan ?. Memberi
juga adalah tindakan pernyataan iman kita kepada Tuhan bahwa kita tidak takut
kekurangan. Kita percaya bahwa kebaikan Tuhan itu akan selalu mencukupi. Bagi
saya, inilah Iman; mempercayai tuntunan dan kebaikan Tuhan yang tak
berkesudahan dalam hidup ini.
Memberi mungkin bukan sesuatu yang
sulit, bagian tersulitnya adalah tidak mengingat ingat apa yang sudah kita
berikan. Ada satu perasaan ringan dan kelegaan yang luar biasa ketika kita bisa
melakukan hal ini. Artinya kita melepaskan diri dari ikatan bergantung dan
menanti balasan kembali dari si penerima. Itu sebabnya manusia
banyak hidup dalam kekecewaan karena terlalu tekun mengingat dan mengharapkan
kembali apa yang sudah diberikan.
Ketika kita diberi kesempatan untuk
menolong atau memberi kepada orang lain, berikanlah dengan penuh ketulusan.
Tidak ada alasan bagi kita untuk menambah penuh kapasitas memori otak kita,
karena sesunguhnya Tuhan tidak pernah lupa. Percayalah, alam ini selalu
mengalir dalam keseimbangan. Tuhan bisa mencukupkan kita tanpa memiskinkan
orang lain. Kita bisa memberi tanpa harus takut menjadi miskin.
Memberilah dengan bijaksana. Artinya kita memberi dengan tujuan yang baik dan untuk
membaiki kehidupan orang yang kita tolong . Kalau kita memberi uang padahal
sudah jelas jelas uangnya nanti dipakai mabuk atau berjudi, kita malah jadi
ikut berpartisipasi dalam hal yang tidak baik, dan semakin menghancurkan
kehidupan orang itu.
Saya tidak pernah mau memberi
hutang. Saya orang akuntansi dan administrasi yang selalu harus mencatat segala
sesuatunya. Ketika ada saudara atau kenalan yang datang meminta dipinjamkan
uang, maka saya akan memberi sesuai dengan kemampuan saya secara ikhlas, dan
tidak menganggapnya sebagai hutang. Dengan demikian saya bisa tidur lelap. Saya
melepaskan diri sendiri dan orang lain dalam keikhlasan. Hutang itu merusak
banyak sekali persahabatan dan mengacaukan hubungan baik. Jadi lebih baik saya
tidak ikut berpartisipasi di dalamnya sebagai pemberi atau penerima.
Sisi yang lain dari memberi adalah
menerima. Banyak orang mungkin berpikir bahwa menerima itu enak. Kita
berada di posisi yang diuntungkan. Justru bagi saya, menerima sesuatu dari
orang lain selalu menjadi beban tersendiri, karena saya tidak bisa melupakan
kebaikan orang lain dalam hidup saya.
Orang tua saya menjadi contoh yang
sangat baik dalam mendidik dan mengajarkan untuk tidak pernah melupakan budi
baik orang lain.
Apa jadinya dunia ini kalau semua
orang hanya mau menerima tanpa membalas ?. Mungkin kita tidak diberikan
kesempatan setara atau secara langsug membalas kepada si pemberi, tapi
latihlah diri kita untuk mengingat kebaikan yang sudah kita terima, dan
disiplinkan diri kita untuk berbuat hal yang sama kepada orang lain ketika kita
diberikan kesempatan. Hanya dengan cara itu kebaikan bisa menjadi bola salju
yang bergulir tanpa henti, dan kita dapat hidup di dunia yang dapat
mewartakan indahnya kebaikan hati.
Ketika kita memberi tanpa
mengingat ingat untuk dibalas, kita dapat hidup dalam ketentraman hati yang
tenang, ikhlas dan lega. Ketika kita menerima tanpa melupakan, maka kita
menjadi penerus kebaikan yang konsisten mendatangkan lebih banyak kebaikan
dimana saja kita berada.
It’s a wonderful world ?… Yes it’s
certainly can be, when we can give without remembering, and take without
forgetting.
Trimakasih Tuhan, karena aku masih punya waktu untuk jelajahi alam-Mu
kakiku masih kuat untuk berdiri dan melihat indahnya kuasa-Mu
badanku masih tangguh untuk menahan dinginnya hembusan angin malam
bibirku masih sanggup mengatakan Trimakasih untuk semuanya
Trimakasih tuhan karena aku masih tetap cinta Indonesia, tanah airku.
0 komentar:
Posting Komentar